“Kriiing…….”.
Sebuah pesan sepertinya masuk pada
telepon selularku. Dalam keadaan agak
lelah selepas bekerja siang tadi,
perlahan ku jangkau telepon itu
disebelah kanan tempat tidurku.
Beberapa saat yang lalu sebenarnya aku
belum tahu pesan itu dari siapa. Dan
aku cukup terkejut, ketika kulihat nama
pengirim pada layar handphone-ku.
Sambil ku tekan open sesaat aku
bergumam “melati…”. Seorang
perempuan yang dahulu pernah singgah
dalam hatiku, yang kemudian pergi
meninggalkan aku dengan sebuah
ketidakpastian, ketika aku sebenarnya
sangat ingin mendengar kepastian itu
darinya. Dan dengan penasaran,
perlahan ku baca isi pesannya.
“Assalamu’alaikum…..
Jadi senyum-senyum dan kangen sama
kakak ku yang satu ini. Kalau aku baca
lagi beberapa lembar ungkapan kakak
dulu ke aku dan puisi-puisi karya kakak
untuk aku.
Subhanallah….”.
Aku teringat pada satu tulisan yang ku
persembahkan untuk nya :
YANG TAK KUMENGERTI
Senandung indah dirimu sering sudah
kunyanyikan
Itu saja tak cukup ’tuk mengertiku
tentangmu
Lantaran, bingungnya aku akan asaku
padamu
Verse (sajak) tentangmupun s’lalu
kubaca habis ku tulis
Itupun tak bisa membuka rahasiam
tabirmu
Alhasil, kini tambah aku tak mengerti
Rindunya aku akan hari esok
Atau kangennya aku akan kenangan
silam
Hanya menambah tak terpahaminya
kamu
Mulutkupun kini berhenti sudah berucap
Adakalanya tinggal khayal dan angan
Waktu melihat ku dengan hanya mata
sebelah
Aliran tinggal menunggu
Tak kala luka menganga keluar langsung,
dan
Itu juga tak’kan bisa ’tuk memahami
kamu
Aku kini tak mengerti tambah
Ketika harus pergi dan belum bisa
Untuk mengerti kamu
Enyah sudah senandung
Nan indah, dan sajak yang s’lalu kubaca
habis kutulis
Galau kini hati dalam-dalam
Kau yang tak mengerti…….. dan
Aku yang tak mengerti engkau
Untuk kemarin, hari ini atau nanti……
Dan lamunanku pun aku akhiri dan
kembali memperhatikan pesan dari
melati hati, sebetulnya ada perasaan
bahagia yang tak terhingga, karena aku
merasa bahwa setidaknya, apa yang
pernah ku berikan padanya, masih dia
simpan dan dia ingat bahwa itu dari
aku, seorang pemuda yang hanya tahu
untuk apa aku menulis itu dan atas
tujuan apa aku menulis itu. Tapi, disisi
lain aku tahu bahwa aku tak pantas
seperti itu. Karena ku tahu, saat pesan
darinya kubaca, dia adalah bagian dari
kehidupan orang lain, yang mungkin
lebih beruntung dan lebih segalanya
dari pada aku. Sedangkan aku, hanya
memiliki dia sebagai masa lalu yang tak
telrupakan, itu saja.
Mungkin karena kondisi saat ini, aku tak
dapat mengontrol perasaanku yang lebih
kepada bahagia, dengan cepat ku balas
pesan darinya. Bahkan ku balas dengan
dua pesan beruntun, yang mungkin
terlihat begitu indah.
“Wa’alikumsalam…
Kenapa Ade-Q yang manis?
Sebenarnya bukan hanya itu saja puisi
untuk Sang Melati, masih ada lembaran-
lembaran lain yang berkisah tentang
dia”.
“Sejak hari itu, sampai saat ini.
JUJUR, belum ada yang bias
menggantikan posisi Sang Melati dalam
Ruang Imajinasi Sang Penyair.
Have a nice dream”.
Malam pun bertambah larut, udara
dingin semakin kejam membawa
pedangnya, menebas dan menyayat kulit-
kulit yang terbuka tanpa selimut. Hanya
gemerisik dedaunan yang terdengar,
menambah suasana malam itu
bertambah sunyi. Karena sepertinya,
bulan dan bintang pun enggan untuk
menampakan dirinya, karena awan hitam
telah menghalangi mereka untuk
tersenyum.
Tanpa kusadari dan tanpa ada balasan
dari pesan yang kukirim, walau
sebenarnya kutunggu, aku pun terlelap
dalam tidurku hingga pagi
membangunkan ku.
***
Pagi yang indah untuk melakukan
pekerjaan rumah. Yaa…, ini hari minggu,
waktu yang tepat untuk memberskan
semua hal-hal yang kurang beres.
Setidaknya mulai dari hal-hal yang
terkecil, selama itu bias dikerjakan
sendiri dan ada waktu, tak perlulah kita
jadikan hari libur dengan bangun siang.
Semakin pagi ternyata semakin baik
untuk beraktifitas. Dan kalo kata orang
yang hidupnya lebih dahulu dari pada
kita yang sekrangan ini masih hidup,
“Kalo bangun siang, rezeki dipatok
ayam”. Makanya kalo bangunnya siang
kita akan kalah sama ayam dalam hal
rezeki, karena si ayam lebih dulu
bangunnya di banding kita.
Aktifitas pagi pun kulakukan seprti biasa
yang kulakukan pada hari minggu. Dari
mulai membereskan kamar sendiri,
mencuci samapi menyetrika. Selama itu
bias kulakukan, akan kulakukan. Karena
aku juga merasa kasihan sama ibu, bila
semua pekerjaan sehari-hari dia yang
mengerjakan. Yaa, hitung-hitung ibu
bisa libur di hari minggu untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari.
Hari ini, aku merasa ada yang berbeda
denganku. Tapi aku sendiri tidak tahu
ini karena apa. Sesaat, sempat terpikir
dalam benak ku, “Mungkinkah ini karena
pesan semalam yang kuterima dari
melati..?”.
Tapi, cepat-cepat ku tepis pikiranku,
karena aku takut masa lalu itu semakin
mengikatku dengan tali-talinya yang
begitu kuat. Dalam kebimbangan yang
ungin agak berlebih, sambil melakukan
pekerjaan ku, kembali ku dikejutkan
dengan bunyi handphone-ku.
“Kriiing…….”
Pikiranku kembali pada pesan yang
semalam kuterima. Apakah ini adalah
balasan pesan yang ku kirim pada sang
melati. Ternyata dugaanku tidak salah,
nama melati kembali menghiasai layar
handphone-ku. Langsung ku buka pesan
darinya.
“Assalamu’alaikum….”
“Apa benar aku masih menjadi wanita
yang paling istimewa buat Kakak? Hmmm
menurut tulisan beberapa lembar ini…”
Hatiku kembali berdesir. Ada sedikit rasa
yang dahulu pernah terkubur, tapi kini
seakan ingin bangkit dan lari kedalam
relung-relung jiwaku. Ku coba menahan
rasa itu, karena aku tahu ini bukan saat
yang tepat, dan bukan waktu yang baik
untuk ku perlihatkan kembali rasa itu.
Perlahan namun pasti, aku coba
menenangkan diri, dan kubalas pesan
darinya.
“Wa’alikumsalam.
Pagi ini mengingatkan ku pada hari
dimana ku bias memandangimu dari
balik sembunyiku.
Ada rasa yang harus terucap namun kelu
untuk terungkap. Namun, akan selalu
ada harap untuk semuanya”.
Belum sempat kuterima balasan darinya,
kembali ku ketik sebuah pesan untuk
melati, agar dia tidak salah sangka
terhadap perasaanku pada saat dia
membaca pesan pertamaku.
“Allah SWT. tahu mana yang terbaik buat
seorang Hamba. Karena DIA telah
menulis suratan untuk semua Hamba-
NYA. Dan jikalau hal ini yang harus
terjadi, yaitu orang yang kukasihi dapat
lebih bahagia disana dengan orang lain,
ku rela dank u terima dengan ikhlas.
Karena ini semua kuanggap adalah
sebagai pemberian yang terbaik dari
Allah SWT”.
Tak dapat ku pungkiri, aku menulis itu
dalam keadaan yang tidak bahagia. Tapi
aku senang dapat menulis itu dengan
hati yang tenang. Siang itu ternyata
memebawaku pada satu perubahan yang
besar. Setidaknya aku sudah bisa
membuka pintu yang telah lama terkunci
untuk orang lain. Walau kedengannya
agak klasik, memang itulah yang terjadi.
Kini, aku harus menata hidupku dengan
cara yang berbeda, bukan dengan cara
masa lalu yang terlalu mengada-ngada.
Dahulu sempat kupikirkan, “Bagaimana
kondisi yang terjadi bila aku
berdampingan dengan Mawar..?”, dan
“Apa yang terjadi bila aku meiliki Sang
Melati..?”. Tapi setelah hari ini, aku
hanya bias berpikir, bahwa “Dunia ini
terllau luas untuk dilewati dan di lihat,
masih banyak Mawar lain dengan
pesonanya dan Melati yang lain dengan
wanginya”.
Dan ternyata hari sudah cukup siang,
sang surya telah meninggi di sebelah
timur. Pekerjaan yang ku laksanakan pun
telah selesai. Kini aku harus bersiap
dengan komitmen baru dan dengan hal-
hal baru. Dan yang harus kulakukan
pertama adalah, mengurangi (bukan
menghilangkan) sedikit memory masa
lalu dengan suasana baru, lingkungan
baru, hal-hal baru, dan dengan
kehidupan lama yang diperbaharui.
Pesan dari dan untuk melati, ternyata
merubah apa yang selama ini kutahu.
Merubah apa yang selama ini ku
nantikan dan merubah apa yang selama
ini ku rasa. Walau sebenarnya, akhir dari
cerita hidup ku atas perubahan ini aku
belum tahu dan lembaran-lembaran
masa lalu bersama dia, tidakakan hilang
begitu saja, mungkin butuh waktu dan
butuh obat yang mujarab untu itu. Tapi
semua yang ada saat ini, biarlah menjadi
media untuk aku bersyukur pada-NYA...!
Ambon;
9-09-201
17:34